Minggu, 22 Maret 2020

Taman Ilmuku





Wahyudi, S.Kom., anak pertama dari empat bersaudara yang lahir di Mancung, 17 April 1985, Bangka Belitung. Status sekarang sudah menikah dan bekerja sebagai guru SMK di Kelapa Bangka Barat sambil terus mengembangkan hobi menulis di sela-sela padatnya kesibukan. Setelah lulus dari SMA Negeri 2 Sungailiat Bangka dan sekarang berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Pemali, penulis berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi terkemuka di Jakarta dengan konsentrasi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi dan lulus dengan predikat memuaskan pada tahun 2010. Dari riwayat belajar yang penulis miliki, penulis masih dibilang sangat mentah dalam hal menulis, bahkan ini bisa dibilang karya pertama penulis dalam hal puisi. Penulis mencoba menulis opini atau artikel yang pernah diterbitkan di beberapa koran lokal di Bangka Belitung. 82 Harapan penulis tidak akan berhenti untuk menulis. Untuk kedepannya, penulis berharap bisa lebih mahir dalam menuangkan segala perasaan, pengalaman, serta khayalan dalam bentuk tulisan.

Berhenti Atau Melanjutkan Perjalanan



TENTANG PENULIS
Wahyudi, S.Kom., anak pertama dari empat bersaudara yang lahir di Mancung, 17 April 1985, Bangka Belitung. Status sekarang sudah menikah dan bekerja sebagai guru SMK Negeri 1 Kelapa Bangka Barat sambil terus mengembangkan hobi menulis di sela-sela padatnya kesibukan. Setelah lulus dari SMU Negeri 2 Sungailiat Bangka dan sekarang berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Pemali, penulis berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi terkemuka di Jakarta dengan konsentrasi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi dan lulus dengan predikat memuaskan pada tahun 2010.
Dari riwayat belajar yang penulis miliki, penulis masih dibilang banyak belajar dalam hal menulis, namun penulis selalu berusaha untuk mencitakan sebuah karya inovatif terutama dalam hal menulis cerpen. Buku ini kali kedua di tulis yang sebelumnya penulis menulis kumpulan puisi tentang pendidikan.
Harapan penulis tidak akan berhenti untuk menulis. Untuk kedepannya, penulis berharap bisa lebih mahir dalam menuangkan segala perasaan, pengalaman, serta khayalan dalam bentuk tulisan.


Rabu, 18 Maret 2020

TANTANGAN GURU MENGAJAR DAN MENDIDIK DI ERA MILENIAL

TANTANGAN GURU MENGAJAR DAN MENDIDIK DI ERA MILENIAL

Viral terdengar guru disekolah kerap menjadi bulan-bulanan siswa disekolah, bahkan mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan oleh siswa. Itu semua diakibatkan moral dan akhlak yang buruk siswa yang sudah merasuki fikiran meraka. Akhlak buruk siswa biasa di motori oleh tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang buruk. Moral buruk tentunya diimbangi oleh akhlak yang buruk pula. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi prilaku siswa atau sering dikenal kelompok milenial yang menyimpang, bisa saja dipengaruhi pergaulan dilingkungannya dengan teman-teman diluar, atau bisa juga akibat ketidak harmonisan masalah dirumah. Sehingga dengan pola kebiasan buruk yang rentan dilakukan oleh siswa bisa terbawa ke lingkungan sekolah.
Teman-teman sebaya, guru, serta pelaksana lembaga pendidikan menjadi sasaran mereka. Mereka mengaggap bahwa itu sudah hal yang biasa mereka lakukan hanya untuk melampiaskan kepuasan pribadi tanpa memikirkan bahwa apa yang mereka lakukan bisa merugikan orang lain. Lagi-lagi terpicu dari pengaruh intern maupun ektern yaitu salah memilih teman bergaul, salah satu prilaku takbiat buruk manusia itu sendiri, hawa nafsu yang tak terkendalikan, minimnya rasa malu, pendidikan rumah dan lingkungan kemasyaraktan yang buruk, dan kurang memahami norma-norma agama. Akibatnya prilaku buruk itu dilakukan kepada siapa saja yang mereka anggap menjadi penghalang demi meraih kepuasan pribadi yang buruk.
Maka dari itu, tantangan guru kedepan untuk menghadapi siswa yang kerap berprilaku menyimpang sunguh sangat berat. Guru profesional adalah kata kunci dari dunia pendidikan berkualitas. Tanggungjawab guru profesional merupakan satu kesatuan yang utuh dari keseluruh tingkatan. kualitas pendidikan tergantung kepada guru yang profesional di bidangnya, oleh karena itu harus ada langkah yang nyata untuk mempertahankan pemahaman bahwa guru merupakan profesi mulia dan terhormat, sehingga guru dapat bekerja keras dalam membangun kualitas pendidikan yang ada. Untuk itu siswa wajib menjunjung tinggi profesi seorang guru. Tanpa guru maka, siswa egak bisa mendapatkan pengajaran secara tersetruktur di kelas maupun diluar kelas.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa guru/dosen memiliki tugas utama membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik secara profesional, sehingga dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dapat dipahami oleh kita semua bahwa peran dan tanggungjawab sebagai guru tidaklah ringan atau dianggap enteng dan dipandang sebelah mata, lembaga pendididikan harus ditangani oleh orang-orang yang profesional benar-benar mengerti dengan ilmu pendidikan dan profesional di bidangnya.
Melalui pendidikan seseorang akan bisa mengembangkan daya ciptanya dengan memanfaatkan akal pikirannya. Itu menjadi tantangan guru mengajar di era milinial. Siswa bisa melakukan hal nekat demi melampiaskan hawa nafsu. Guru harus bisa mempengaruhi karakter siswa dari paham radikalisme yang terbentuk dari lingkungan. Guru bisa memfilter apa yamg mereka lihat baik dari lingkungan maupun dari pengaruh penggunaan teknologi seperti media sosial yang bisa berdampak buruk terhadap perkembangan siswa. Seorang guru selalu menanamkan semangat menjadi pengajar dan pendidik dengan terus mengembangkan keahlian dan keterampilan serta potensi diri, agar mampu membawa peserta didik menjadi siswa yang sadar akan tugas dan perannya di sekolah, mereka harus dibekali dengan skill untuk menghadapi persaingan globalisasi dan  revolusi industri 4.0.
Guru terus memberikan nilai-nilai karakter kepada siswa, pengenalan dan pembiasaan sikap berkarakter, mempraktikkan pola pembelajaran yang ramah kepada siswa dengan mengenali sifat dan tumbuh kembang cara bergaul siswa, membekali siswa dengan nilai-nilai agama serta  bersinergi untuk mengembangkan hal yang perlu dilakukan agar kultur perilaku yang berkarakter dapat tumbuh dengan baik pada siswa. Semua itu butuh proses dan guru harus sabar menghadapi siswa apabila ada terjadi penyimpangan prilaku. Ingat guru tidak boleh membalas keburukan siswa dengan keburukan. Karena guru adalah cerminan untuk meraka. Mungkin waktu itu siswa tersebut lagi terganggu dan banyak masalah yang dihadapinya. Disitulah peran guru sesungguhnya mengajarkan siswa kearah perilaku dan karakter baik sehingga kepribadian meraka bisa diatasi dengan baik.
Dapat disimpulkan bahwa terkadang perkembangan anak secara umum cukup baik, namun masih ada siswa yang karakternya belum berkembang dengan baik. Sehingga guru terus mencari terobosan untuk mengatasinya. Kerjasama yang baik dari orangtua merupakan langkah yang jitu, apalagi waktu di rumah lebih banyak dibandingkan waktu siswa belajar di sekolah. Orang tua merupakan madrasah pertama  dalam menanamkan nilai-nilai akhlak mulia, Karena keterlibatan orangtua ikut serta menentukan keberhasilan perkembangan karakter siswa sesungguhnya. Peran serta guru sebagai pendidik disekolah, masyarakat dan perhatian pemerintah dalam pendidikan, serta peran siswa itu sendiri dalam meyaring akses informasi saat ini dan peningkatan keimanan dan ketakwaan merupakan fundamental yang kuat untuk menjawab tantangan kedepan, demi masa depan yang cerah.